Senin, 12 Mei 2014

Beranda tertinggal



Perhentian

Kau yang telah membawaku dalam titik diam
Nyiur anai memanggil mata untuk tak berkedip
Dan ku tak bergeming
Saat angin meniup ujung rambut
Bawa tatap ke anjungan bahtera
Harap lepas dalam selayang pandang

Dilematis ini semua, ketika helai sutra mengusap dagu
Ujung embun menitik di di telapak
Jari manis kini t’lah terlingkar kemuliaan
Usaikan dera cerita
Dalam tuntas yang tak pernah tuntas
Dan ku terkatup Antara ragu dan luka
Untuk apa???
Tanya senja getarkan asa
Kau telanjangi mimpi buta dari rentan waktu yang tak kau ingat
Takan nisca kau kan terbuang dalam buai janji malam
Ya,,, janji malam yang tawarkan bintang
Padahal jelas rintik hujan tlah datang lebih awal

Haruskah ku tersedu sedan dalam buaian mimpi rembulan
Saat ku datang pada sisi malam
Kau terlelap dalam mimpi nyata
Dan ku tahu ini hanya jalan fatamorgana
Yang sirna saat ku yakini ini adalah perhentian nyata
Tentang kau dan bintang di ujung cakrawala

Beranda tertinggal, Jakarta 12/05/14 (Toto Cy)

ELEGI MASA LALU



Kau yang pertama

Menjauhlah sayang dari ujung ekor kornea
Karena saat kau mendekat aku luruh di terpa angin
Satu persatu terurai dalam pecahan cawan di dalam air
Rapuh dan pudar  bagai pelangi tertutup awan
Lalu redup dalam buai angin yang mulai merajut malam
Disini aku mencoba tuk melupakan bayang hadirmu
Pada saat hatiku mulai meredup, goncang dalam lindap lilin
Dan kau menjadi rintik hujan
Saat badai kegelisahan melandaku kini
Terpuruk??, bahkan mungkin aku sudah mengendap
Ketika asmara t’lah usai tanpa kata
Ini menjadi kecamuk  padahal tak pernah aku menabuh angin
Ingatlah,, aku hanya terbawa asa rindu
Saat katup kuntum melati hiasi altar rindu
Diantara tarian ikan ko’i yang menari di buih gemercik air
Diam !!
Behentilah kau berkaca,  tataplah satu bintang tuk temani rembulan
Dan tetaplah disitu
Di halaman gereja  tanpa bunga saat pertama kau mengenal aroma tubuhnya
Bisik angin tegarkan rasa
Ya,, rasa!! Rasa yang mana?
Rasa asmara yang pertama?
Ataukah rasa yang sudah mati rasa?
Jiwa ini limbung, rasaku membatu mengeras
Lalu terurai menjadi debu, sirna dalam kata yang tak pernah terkata
‘kau yang pertama’

Jakarta 07/05/14 (Remember  sidabowa 98*listyany) _Toto Cy






Senin, 05 Mei 2014

SIDABOWA MEMORY


Sisa Sang Masa

Bercintalah denganku
Sapa angin bangkitkan birahi malam
Pucuk pinus menari  liar mengolok  asa yang lama tertinggal
Simpanlah detak jantung setiamu  untuk kembang  di kemudian hari
dan kau kan petik bersama bilah luka”
Cela rembulan dengan pendar remang
Mataku terkatup, sejumput debu telah kunci ujung kornea
Nafas ini t’lah penuh aroma bisu dibalik pintu
Puri sang putri tertutup rampai dua telapak
Kuhitung, satu, dua lalu tak terkata
Ketika warna mulai memudar, pasi menjadi  biasa
Dan aku tak sanggup menatap lagi
Walau ku tahu seutas senyum yang kau beri ‘dahulu’ adalah candu
Yang membuatku mati  rasa dalam  rasa
Diamlah!!,, sapa malam meleburkan angan-angan jingga
Cawanpun tertumpah, basahi permadani biru
Tetap aku mati rasa dalam rasa
Dan kau risalat yang singgah,,,
Dari bangkit hati tentang sisa sang masa
Dimana asmara sungguh tak tergapai asa

(masa-masa tertinggal, (sidabowa memory). Jakarta 02/05/14 (Toto Cy)