Selasa, 06 Desember 2011

Memori lalu di Desa kelahiranku

Syairku di mata air Tonjong, Brebes, Jawa Tengah

Kandas



Lembayung masih memerah
Mega- mega masih berarak beriringan
Namun angin tak bersuara, senja tak bersuara...
Hanya gemuruh hati dari tarikan nafas yang kandas
Yang terus berpacu dengan sesaknya gagal ini...

Auramu memaksaku berlari menjauh,
walau aku tetap terdesak pada tebing pesonamu
Kau paksa aku pada pilihan yang kesemuanya membuatku terenggut
Lalu terjatuh dalam bimbang dan ragu,.. bahkan remuk menjadi kepingan yang tak utuh

Senyum yang kau miliki bukan untukku
Kau tak pernah menjadikan perasaanku sebagai bingakai untuk menjaga hatimu dalam diorama cinta

Harusnya aku menyadari dari awal
Sehingga takku kayuh perahu ini  agar dekat denganmu
Aku gagal dalam mencintaimu
Aku tlah mati dalam rasa ketika harus kututup mataku
Untuk sekedar menyaksikan anggukanmu

Nis... akulah lelaki yang selalu berkawan dengan berjuta do'a
Ketika bibir ini tak mampu ucapkan untaian cinta untukmu
Tetapi di sini juga, harus kuhentikan penantian ini
Untuk Menjadikanmu Teman dalam taman berenda kasih

Aku harus pasrah, dan kubiarkan kesakitan ini seperti bekas sembilu
Namun yakinlah, meski aku tak pernah ada di hatimu
Kamu akan menjadi kupu-kupu dalam kembang perasaanku
dan kan tetap ada bidang kosong dalam hatiku untukmu..

Dari Sebuah Surat Yang tak pernah terkirim

Dari sebuah surat Yang Tak pernah terkirim

Dari Sebuah Surat Yang Tak Pernah Terkirim


Nis...ini hujan ke dua di musim ini, dimana khayal terus kalahkan asa
Mungkin ini terdengar bodoh, tapi aku terus merangkul rasa ini
itu semua untuk sekedar puaskan hatiku dengan senyum yang selalu ku harapkan

Hadirmu adalah bagian terpenting, saat kegelapan hatiku membutuhkan seutas sinar
Kau cahaya yang pudarkan redup saat hatiku mulai limbung.

Aku tahu, ada rasa yang membutakan hatiku...
Itu semua terjadi saat angkau hadir dalam secarik memory yang tersimpan dibawah sadarku
Kau bawa aku bangkit dari keremangan saat aku tak memiliki arah.
Tapi pada saat yang sama ilustrasi wajahmu jatuhkan aku dalam minder dan ragu

Teramat sempurna kau menggores hati ini
Bak pena yang mencoret secarik keretas
Hingga tak dapat di hapus bahkan tak hilang di terpa dua musim di hujan yang ke dua di musim ini

Nis... teramat dalam kekagumanku pada keseluruhanmu
Bahkan batas sisi dua ruang tak mampu menghapus bayangmudalam bagian terdalam hati ini

Engkau memaksaku menciptakan satu hikayat
Dimana aku menjadi kumbang tak bersayap yang merindukan titik madu dari kembang dipuncak bukit

Tapi yakinlah... aku kan tetap merindukanmu..
Walau pasti tak bertepi...