Selasa, 01 Oktober 2013

RASA YANG TERSEMBUNYI


Pertemuan Kita 

Pertemuan kita bukanlah sekedar kebetulan belaka
Karena pertemuan itu sisakan rasa  rindu di dada
Rasa yang tak usai saat kau menjauh
Lalu kutengadahkan asa untuk membuatmu kembali
Dan kau hadir dengan senyum yang sama
Dalam,, teramat menusuk jiwa
Aku terlena,,,

Pertemuan kita sayang, bukanlah sekedar sapa angin
Berlalu semusim dan berganti,,
Namun pertemuan itu adalah tulisan  indah yang terukir
Dan kau adalah semua yang kucatat, dalam labirin hati
Lalu aku adalah semua yang kau baca dalam setiap rangkaian kalimat
Itulah nyata,,,
Ketika sang maha cinta merangkai  dua hati dalam genggaman jemari
Aku tak mampu menolak dan kaupun  sama sayang
Lalu kita bertaut dalam satu hati
Walau ini jelas adalah rasa terlarang
Tapi ku tak mampu menyudahi panggilan ini
Bahkan untuk melangkah jauh dari bayangmu
Dan aku takut , kebersamaan ini berakhir
Berakhir dengan diam dan beku

Pertemuan kita sayang, bukanlah hujan di musim semi
Menumbuhkan pucuk daun lalu kan gugur pada masanya
Namun ini adalah turunnya embun yang selalu sertai pagi
Walau aku tahu semua kan berahir terbakar matahari
Namun tetap rasa kita kan tetap menjadi kabut yang selimuti pagi
Terus ada, sambut sang surya
Itulah asa, sayang,,
Asa yang tetap ingin abadi walau bak lilin yang lindap di terpa angin
Dan tangan kecil kita akan terbakar ketika kita ingin membuatnya abadi
Dan aku takut kau menyerah dengan mata nanar
Lalu pergi bersama derai rambut yang terurai
Dan aku takut,,,
Teramat takut……

Rasa yang tersembunyi, Jakarta 01/10/13 (toto cy)

GUNDAH GULANA



Temui Aku

Akulah untaian risalat yang memanggilmu
Memanjangkan satu  kata dalam uraian dua kalimat
Dan itu memuja keindahan
Ku peluk dan ku agungkan  hingga tak ada bayang yang terlepas
Dari raga yang terkoyak sisa-sisa bayu
Kugapai dengan tergopoh dalam kering dahaga

Akulah untaian bahasa kalbu  yang mengajakmu bercengkrama
Bergandengan hiasi jalan setapak
Kembang tulip tersenyum, hembuskan isyarat rasa tak terucap
Kau ikat janji manis, lingkarkan di pergelangan
Tertunduk aku dalam kecamuk  tak dimengerti
Karena pada saat yang sama kau telah menabur angin
Dan sua badai hancurkan asa menjadi derai serpihan
Aku berhenti dalam helaan nafas panjang

Akulah untaian syair merindu
Yang bergema namun tak terdengar, karena ini desis bisu hati
Dan aku tak mampu memanjang lebarkan lagi kata
Karena tak mungkin seorang bisu mampu berucap lisan
Sementara untuk memelukmu juga aku tak mampu
Karena kini aku hanyalah sebuah bayang
Bahkan untuk menatapmu kini ku tak bisa
Karena tak mungkin seorang buta mampu memandang dengan dua kornea matanya

Akulah lelaki di dalam kegelapan hari
Siangku tak di temani matahari
Malamku dalam genggaman kelam buta
Dan aku menjadi tarikan nafas saat kau mulai merapuh
Dan aku menjadi desiran bayu saat gersang melanda sebagian waktumu
Maka aku tetap merindu, temui aku dalam dekap sang maha cinta

Risalat gundah, Jakarta 01/10/13 (toto cy)