Temui Aku
Akulah untaian risalat yang memanggilmu
Memanjangkan satu kata dalam uraian dua kalimat
Dan itu memuja keindahan
Ku peluk dan ku agungkan hingga tak ada bayang yang terlepas
Dari raga yang terkoyak sisa-sisa bayu
Kugapai dengan tergopoh dalam kering dahaga
Akulah untaian bahasa kalbu yang mengajakmu bercengkrama
Bergandengan hiasi jalan setapak
Kembang tulip tersenyum, hembuskan isyarat rasa tak
terucap
Kau ikat janji manis, lingkarkan di pergelangan
Tertunduk aku dalam kecamuk tak dimengerti
Karena pada saat yang sama kau telah menabur angin
Dan sua badai hancurkan asa menjadi derai serpihan
Aku berhenti dalam helaan nafas panjang
Akulah untaian syair merindu
Yang bergema namun tak terdengar, karena ini desis bisu
hati
Dan aku tak mampu memanjang lebarkan lagi kata
Karena tak mungkin seorang bisu mampu berucap lisan
Sementara untuk memelukmu juga aku tak mampu
Karena kini aku hanyalah sebuah bayang
Bahkan untuk menatapmu kini ku tak bisa
Karena tak mungkin seorang buta mampu memandang dengan
dua kornea matanya
Akulah lelaki di dalam kegelapan hari
Siangku tak di temani matahari
Malamku dalam genggaman kelam buta
Dan aku menjadi tarikan nafas saat kau mulai merapuh
Dan aku menjadi desiran bayu saat gersang melanda
sebagian waktumu
Maka aku tetap merindu, temui aku dalam dekap sang maha
cinta
Risalat gundah, Jakarta 01/10/13 (toto cy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar