Masih ingatkah kau, kekasihku
Saat sembab matamu bersarang di sudut kiri dadaku
Memancarkan buram yang menghalangi seutas pelita
Dan menggelayutkan luka yang mengunci langkah ini
Menghentikanku dalam degup sebuah perjalanan
Air matamu mengekor, kekasihku
Mengikuti langkah dalam setiap titian telapak ini
Menjadi buih dalam bulir peluh ini
Menjadi lembayung dalam cakrawala ini
Engkau yang tak pernah terlupakan
Masih ingatkah kau, kekasihku
Saat sembab matamu menjadi hujan
Mengaliri setiap relung yang dahaga ini
Membasahi segenap raga yang mulai lunglai
Aku hanyut dalam titik tangisanmu
Desah lirihmu, kekasihku
Mengalun dalam gerimis yang mulai merambat
Mencipta deting merdu petikan kecapi
Meniupkan angin yang membelai ekor rambutku
Kau masih tetap bertahta
Kini aku yang harus mengingat, kekasihku
Bahwa diekor mataku tercipta hujan kedua
Yang t’lah membawamu hanyut entah kemana
Membawa seutas cinta yang pernah kau sematkan
Aku yang
merana, tak berdaya....