Senin, 22 Juli 2013

LEMBAR RINDU DALAM MEMORY

Kisah Usang

Nis,,, aku mengingatmu kembali
Ketika lembaran buku usang itu jatuh di terpa angin
Lapuk dan berdebu, warnapun  mulai memudar
Di lintasi waktu yang hampir terlupakan
Ada sajak disitu
Sajak cinta yang bercerita asmara kanak-kanak
Antara kau dan aku  yang tak pernah menjadi kisah bersama

Kau tak pernah membuka hati untukku yang menyayangimu
Dan aku tak pernah bisa berkata-kata ketika memandang sayu matamu
Diam menjadi penghias  jiwa yang saat itu membuncah
Dalam khayal penuh penuh bimbang

Nis,,, Tak rugi  memang aku menyayangimu saat itu
Tak rugi memang pesonamu merasuk dalam sukma mahluk kerdil ini
Karena kutahu pesonamu teramat tinggi membatasi asa yang nyata
Lalu kucipta tangga-tangga khayal tuk lalui batas itu
Dan aku menjadi petualang bahasa tuk sekedar menyanjungmu

Nis,, inilah penggalan syair yang tersisa
Dari kisah usang masa kanak-kanak kita

Jakarta, Lembar Memory 23/0713 (Toto Cy)

 



LARA DALAM SEBUAH KISAH

Air Mata

Hujan kembali datang sayang,
Membasuh wajah pasi diantara bintang yang enggan mengintip
Kau diam tanpa helaan nafas berarti 
Dan aku terpuruk menyaksikan derai air mata di ujung ekor kelopak matamu
Adakah duka yang belum usai sayang?

Kupandangi dirimu diantara pendar hujan yang jatuh
Kau tetap diam, tanpa helaan nafas yang berarti
Dan aku bimbang melihat derai air mata makin membasahi rona wajahmu
Aku ingin bertanya kembali tentang duka yang belum usai
Namun ku tak mampu lagi bertanya

Karena manalah mungkin sosok bisu ini mampu tuk berkata-kata
Sementara untuk menyentuh pun itu takan lagi mungkin
Karena aku hanyalah seutas jiwa tak berraga 
Dan air matamu memutarkan kembali
Kisah kita yang belum usai

Jakarta, kalut dalam kisah 23/07/13 (toto cy)

 

SKETSA MASA LALU

Ambang  Rindu

Kita bertemu waktu itu,,
Disaat musim hujan mengguyur jalan setapak
sayu kelopakmu, tanamkan gelisah yang tak dimengerti
Dan ku terbiasa dengan bening korneamu

Kita bertemu waktu itu,,
Saat angin mengurai ujung rambutmu
Lalu kau bawa separuh dari desahan nafasku dalam rindu yang tak dimengerti
Dan ku terbiasa dengan aroma helai hitam rambutmu

Kita bertemu waktu itu,,
Saat lambaian tanganmu menjauh
Tak ku mengerti bahwa tangan hitam malam itu membawamu entah kemana
Dan ku diam mematung dengan mata nanar dan peluh dingin
Di titik inilah aku tak pernah terbiasa
Aku terus meratap dalam kebisuan kata
dan kini aku membeku diambang rindu hadirmu  

jakarta, dalam rindu lalu 23/07/13 (Toto Cy)

SESAAT DALAM PERPISAHAN


Sesaat lagi  (teruntuk para guru kami)

Hai, detak waktu yang berputar
Hai, roda waktu yang berjalan
Kepada engkau aku ingin bertanya
Kepada engkau aku ingin berkeluh kesah
Tentang ahir yang sesaat lagi datang
Tentang usai yang sesaat lagi hadir

Enam tahun sudah kita ukir senyum
Enam tahun sudah kita rajut kebersamaan
Enam tahun sudah pelita engkau nyalakan
Untuk terangi jalanku dalam gemang remang
Dan untuk sesaat lagi ini usai

Bu, aku takut bu..
Takut ketika engkau bilang aku pasti mampu
Takut ketika engkau bilang aku pasti sanggup
Akankah pelita yang engkau titipkan menjadi pijar mentari?
Atau bahkan akan menjadi sebuah lindip lilin yang terseok ketika di terpa angin?

Detik terus berganti menit, lalu menjadi sebuah waktu
Yang menjadi penghujung kebersamaan kita
Dan sesaat lagi kita berpisah
Berpisah karena waktu yang mengajakku
Berpisah karena engkau  yakin aku harus  terus berjalan
Karena ini bukan sebuah pilihan
Tapi ini keharusan agar aku menjadi dewasa
Agar aku mampu mewujudkan negeri adiwangsa

Terima kasih untuk baktimu guruku
Terima kasih untuk jasamu yang telah membuka mata ku
Untuk melihat betapa luas dan penuh warna jalan kami di depan
Terima kasih..

Bu, pak… sesaat lagi kita berpisah
Peluk aku dalam ikhlasmu
Rangkul aku dalam samudra maaf yang engkau miliki
Karena kealfaan yang sering aku buat
Maafkan aku …

Aku tahu bu, pak… kata maaf ini takan mengubah masa lalu
Tapi aku yakin maaf ini akan mengubah hidupku di masa yang akan datang

Maafkan aku…
Doakan aku… sesaat lagi aku engkau lepas
Tapi engkau kan tetap dalam sanubariku


Jakarta, Pelita Abadi  dalam memory perpisahan Juli 2012 (Toto Cy)










MEMORY RINDU

Takan Pernah Pupus


Kau ingat sayang,  riuh daun pinus itu
Mengingatkan kita pada rangkaian asmara yang tak terucap dahulu
Jemarimu menggandeng tanpa ragu,
Sering ku bertanya pada hasratku sendiri
Adakah asmara dihatimu ketika uraian rambutmu mengusap diujung daguku

Kau tersenyum, dan hanya tersenyum
Lalu aku berandai tentang senyum itu
Dan sampai saat perpisahan  hadir aku tetap berandai
Dan lalu kau pergi

Ada selaksa bayang  yang mengukir  dada  ini
Ketika kau pergi menjauh
Dan aku membisu seolah bintang kecil t’lah hilang

Tak ada tangis memang, namun jiwa ini menjadi sendiri
Separuh  atmaku tlah  hilang
Dan kau menjadi gambaran bimbang dalam bisu
Disini aku terkunci dalam ruang kosong  dan sendiri

Kau ingat sayang, kita diam dalam hempasan angin dibawah riuh pinus
Kau sandarkan uraian rambutmu di dada ini
Kita tetap membisu, dan terus membisu
Sampai saat perpisahan itu datang

Dan kau ingat sayang, sirat matamu takan pernah hilang
Lalu kebisuan ini kan tetap ada, dan kita tetap diam
Bak bintang kecil  disamping sang rembulan
Dan  kisah ini takan pernah pupus

Memory, Tangerang 22/07/13 (Toto cy)

KERINDUAN

Dahulu Dalam Sebuah Syair

Melintas lagi senyum manismu dalam sampul catatan harianku
Usang  dan berdebu memang,,,
Tapi itulah  awal tirus wajahmu membayang kembali
Seolah  tersenyum dari derai kelambu yang tertutup noktah hitam pertikaian kecil         
Penyesalankah dalam senyum itu?
Rindukah dalam senyum itu ?
Ataukah cibirin pada kisah tak berarti ,
Pada kisah  kanak-kanak yang belajar merangkai renda asmara

Lis,, desahan  nafas ini diam
Tak terdengar tiupan angin
Tak terdengar derit bangku bambu yang pernah menjadi kisah indah
Tak terdengar pula dentingan dawai gitar dari gereja kecil tempat kita dulu bertemu
Semuanya diam,,, nyaris tanpa suara mengiringi rindu pada memori itu

Hanya saja,,,
Hatiku kini mengguntur dalam amuk kerinduan
Tapi tak pernah jua di mengerti
Inikah kisah penyair dalam jalan yang sebenarnya
Menangis tanpa ada satu titikpun air mata menggenang

Rindu kadang hadir melilit raga
Dan semuanya melindapkan lilin ketegaran
Lalu mati rasa, membeku dan membatu
Sementara bayangmu terus hadir dalam kelopak ujung mata
Tak berbatas dan tak pernah bertepi

Tangerang , Kerinduan  22/07/13 (Toto cy)