Kisah Usang
Nis,,, aku mengingatmu kembali
Ketika lembaran buku usang itu jatuh di terpa angin
Lapuk dan berdebu, warnapun mulai memudar
Di lintasi waktu yang hampir terlupakan
Ada sajak disitu
Sajak cinta yang bercerita asmara kanak-kanak
Antara kau dan aku yang tak pernah menjadi kisah bersama
Kau tak pernah membuka hati untukku yang menyayangimu
Dan aku tak pernah bisa berkata-kata ketika memandang sayu matamu
Diam menjadi penghias jiwa yang saat itu membuncah
Dalam khayal penuh penuh bimbang
Nis,,, Tak rugi memang aku menyayangimu saat itu
Tak rugi memang pesonamu merasuk dalam sukma mahluk kerdil ini
Karena kutahu pesonamu teramat tinggi membatasi asa yang nyata
Lalu kucipta tangga-tangga khayal tuk lalui batas itu
Dan aku menjadi petualang bahasa tuk sekedar menyanjungmu
Nis,, inilah penggalan syair yang tersisa
Dari kisah usang masa kanak-kanak kita
Jakarta, Lembar Memory 23/0713 (Toto Cy)
Tiada yang istimewa dari syair ini, namun inilah senjata yang penyair miliki untuk melawan perang dalam kegelisahan
Senin, 22 Juli 2013
LARA DALAM SEBUAH KISAH
Air Mata
Hujan kembali datang sayang,
Membasuh wajah pasi diantara bintang yang enggan mengintip
Kau diam tanpa helaan nafas berarti
Dan aku terpuruk menyaksikan derai air mata di ujung ekor kelopak matamu
Adakah duka yang belum usai sayang?
Kupandangi dirimu diantara pendar hujan yang jatuh
Kau tetap diam, tanpa helaan nafas yang berarti
Dan aku bimbang melihat derai air mata makin membasahi rona wajahmu
Aku ingin bertanya kembali tentang duka yang belum usai
Namun ku tak mampu lagi bertanya
Karena manalah mungkin sosok bisu ini mampu tuk berkata-kata
Sementara untuk menyentuh pun itu takan lagi mungkin
Karena aku hanyalah seutas jiwa tak berraga
Dan air matamu memutarkan kembali
Kisah kita yang belum usai
Jakarta, kalut dalam kisah 23/07/13 (toto cy)
Hujan kembali datang sayang,
Membasuh wajah pasi diantara bintang yang enggan mengintip
Kau diam tanpa helaan nafas berarti
Dan aku terpuruk menyaksikan derai air mata di ujung ekor kelopak matamu
Adakah duka yang belum usai sayang?
Kupandangi dirimu diantara pendar hujan yang jatuh
Kau tetap diam, tanpa helaan nafas yang berarti
Dan aku bimbang melihat derai air mata makin membasahi rona wajahmu
Aku ingin bertanya kembali tentang duka yang belum usai
Namun ku tak mampu lagi bertanya
Karena manalah mungkin sosok bisu ini mampu tuk berkata-kata
Sementara untuk menyentuh pun itu takan lagi mungkin
Karena aku hanyalah seutas jiwa tak berraga
Dan air matamu memutarkan kembali
Kisah kita yang belum usai
Jakarta, kalut dalam kisah 23/07/13 (toto cy)
SKETSA MASA LALU
Ambang Rindu
Kita bertemu waktu itu,,
Disaat musim hujan mengguyur jalan setapak
sayu kelopakmu, tanamkan gelisah yang tak dimengerti
Dan ku terbiasa dengan bening korneamu
Kita bertemu waktu itu,,
Saat angin mengurai ujung rambutmu
Lalu kau bawa separuh dari desahan nafasku dalam rindu yang tak dimengerti
Dan ku terbiasa dengan aroma helai hitam rambutmu
Kita bertemu waktu itu,,
Saat lambaian tanganmu menjauh
Tak ku mengerti bahwa tangan hitam malam itu membawamu entah kemana
Dan ku diam mematung dengan mata nanar dan peluh dingin
Di titik inilah aku tak pernah terbiasa
Aku terus meratap dalam kebisuan kata
dan kini aku membeku diambang rindu hadirmu
jakarta, dalam rindu lalu 23/07/13 (Toto Cy)
Kita bertemu waktu itu,,
Disaat musim hujan mengguyur jalan setapak
sayu kelopakmu, tanamkan gelisah yang tak dimengerti
Dan ku terbiasa dengan bening korneamu
Kita bertemu waktu itu,,
Saat angin mengurai ujung rambutmu
Lalu kau bawa separuh dari desahan nafasku dalam rindu yang tak dimengerti
Dan ku terbiasa dengan aroma helai hitam rambutmu
Kita bertemu waktu itu,,
Saat lambaian tanganmu menjauh
Tak ku mengerti bahwa tangan hitam malam itu membawamu entah kemana
Dan ku diam mematung dengan mata nanar dan peluh dingin
Di titik inilah aku tak pernah terbiasa
Aku terus meratap dalam kebisuan kata
dan kini aku membeku diambang rindu hadirmu
jakarta, dalam rindu lalu 23/07/13 (Toto Cy)
SESAAT DALAM PERPISAHAN
Sesaat
lagi (teruntuk para guru kami)
Hai, detak waktu yang berputar
Hai, roda waktu yang berjalan
Kepada engkau aku ingin bertanya
Kepada engkau aku ingin berkeluh
kesah
Tentang ahir yang sesaat lagi datang
Tentang usai yang sesaat lagi hadir
Enam tahun sudah kita ukir senyum
Enam tahun sudah kita rajut
kebersamaan
Enam tahun sudah pelita engkau
nyalakan
Untuk terangi jalanku dalam gemang
remang
Dan untuk sesaat lagi ini usai
Bu, aku takut bu..
Takut ketika engkau bilang aku pasti
mampu
Takut ketika engkau bilang aku pasti
sanggup
Akankah pelita yang engkau titipkan
menjadi pijar mentari?
Atau bahkan akan menjadi sebuah
lindip lilin yang terseok ketika di terpa angin?
Detik terus berganti menit, lalu
menjadi sebuah waktu
Yang menjadi penghujung kebersamaan
kita
Dan sesaat lagi kita berpisah
Berpisah karena waktu yang
mengajakku
Berpisah karena engkau yakin aku harus terus berjalan
Karena ini bukan sebuah pilihan
Tapi ini keharusan agar aku menjadi
dewasa
Agar aku mampu mewujudkan negeri
adiwangsa
Terima kasih untuk baktimu guruku
Terima kasih untuk jasamu yang telah
membuka mata ku
Untuk melihat betapa luas dan penuh
warna jalan kami di depan
Terima kasih..
Bu, pak… sesaat lagi kita berpisah
Peluk aku dalam ikhlasmu
Rangkul aku dalam samudra maaf yang
engkau miliki
Karena kealfaan yang sering aku buat
Maafkan aku …
Aku tahu bu, pak… kata maaf ini
takan mengubah masa lalu
Tapi aku yakin maaf ini akan
mengubah hidupku di masa yang akan datang
Maafkan aku…
Doakan aku… sesaat lagi aku engkau
lepas
Tapi engkau kan tetap dalam
sanubariku
Jakarta, Pelita Abadi dalam memory perpisahan Juli 2012 (Toto Cy)
MEMORY RINDU
Takan Pernah
Pupus
Kau ingat sayang, riuh daun pinus itu
Mengingatkan kita
pada rangkaian asmara yang tak terucap dahulu
Jemarimu menggandeng
tanpa ragu,
Sering ku
bertanya pada hasratku sendiri
Adakah asmara
dihatimu ketika uraian rambutmu mengusap diujung daguku
Kau tersenyum,
dan hanya tersenyum
Lalu aku
berandai tentang senyum itu
Dan sampai
saat perpisahan hadir aku tetap berandai
Dan lalu kau
pergi
Ada selaksa
bayang yang mengukir dada ini
Ketika kau
pergi menjauh
Dan aku
membisu seolah bintang kecil t’lah hilang
Tak ada tangis
memang, namun jiwa ini menjadi sendiri
Separuh atmaku tlah
hilang
Dan kau
menjadi gambaran bimbang dalam bisu
Disini aku
terkunci dalam ruang kosong dan sendiri
Kau ingat
sayang, kita diam dalam hempasan angin dibawah riuh pinus
Kau sandarkan
uraian rambutmu di dada ini
Kita tetap
membisu, dan terus membisu
Sampai saat
perpisahan itu datang
Dan kau ingat
sayang, sirat matamu takan pernah hilang
Lalu kebisuan
ini kan tetap ada, dan kita tetap diam
Bak bintang
kecil disamping sang rembulan
Dan kisah ini takan pernah pupus
Memory, Tangerang 22/07/13 (Toto cy)
KERINDUAN
Dahulu Dalam
Sebuah Syair
Melintas lagi
senyum manismu dalam sampul catatan harianku
Usang dan berdebu memang,,,
Tapi itulah awal tirus wajahmu membayang kembali
Seolah tersenyum dari derai kelambu
yang tertutup noktah hitam pertikaian kecil
Penyesalankah dalam senyum itu?
Rindukah dalam senyum itu ?
Ataukah cibirin pada kisah tak berarti ,
Pada kisah kanak-kanak yang belajar
merangkai renda asmara
Lis,, desahan nafas ini diam
Tak terdengar tiupan angin
Tak terdengar derit bangku bambu yang pernah menjadi kisah indah
Tak terdengar pula dentingan dawai gitar dari gereja kecil tempat kita dulu
bertemu
Semuanya diam,,, nyaris tanpa suara mengiringi rindu pada memori itu
Hanya saja,,,
Hatiku kini mengguntur dalam amuk kerinduan
Tapi tak pernah jua di mengerti
Inikah kisah penyair dalam jalan yang sebenarnya
Menangis tanpa ada satu titikpun air mata menggenang
Rindu kadang hadir melilit raga
Dan semuanya melindapkan lilin ketegaran
Lalu mati rasa, membeku dan membatu
Sementara bayangmu terus hadir dalam kelopak ujung mata
Tak berbatas dan tak pernah bertepi
Tangerang , Kerinduan 22/07/13 (Toto
cy)
Langganan:
Postingan (Atom)