SERIBU TANGIS
UNTUK JAKARTA
Hai, jakartaku
yang kini hingar bingar
Ragam tawa kau
lihat dalam pangkuan duka
Beribu dusta
melilit wajah-wajah pasi yang terlihat
tegar
Dibalik
langkah cepat entah tepat atau tidak
Yang pasti
tetap wajah itu dusta
Hai, jakartaku
yang kini kusam
Ragam dosa
tersimpan dibalik pangkuan angkuhmu
Kau tawarkan
berjuta janji pada pembajak-pembajak sawah
Lalu membaur
dan merubah tatanan paradigma
Menjadi pengeluh
dan dan pecundang
Namun tetap Semuanya
congkak dan dusta
Hai, jakartaku
yang kini menghitam
Kepulan asap
dan bising suara kelakson
Adalah nafasmu
kini, yang ringkih diterpa dahak-dahak darah
Tapi kau tetap
berdusta bahwa kau masih tegar
Semua aadalah
keangkuhan dan dusta
Hai, jakartaku
yang kini tenggelam
Luapan bah hitam,
dan kutu air merambat kini
Kau tak mampu
melangkah dari derai sisa hujan
Bercampur air
mata bimbang yang sesungguhnya impian
kosong
Tapi kau tetap
berdusta ,bahwa kau mampu berlari
Semua adalah bohong dan dusta
Hai, jakartaku
kini apa yang kan kau lakukan
Ketika hujan
adalah tangismu
Panas adalah
amarahmu
Dan aku tak
tahu lagi harus mencibir apa
Karena kini
yang kumiliki hanya ribuan butir tangis untukmu jakartaku
Disela tangis
lapar dari entah siapa
Disela amarah
membuncah dari bah yang memasuki rumah,yang entah salah siapa
Disela bising deru mesin yang bersautan dengan
nafas-nafas asma, yang entah harus berbuat apa
Dan dari
barisan pencuri walau entah nasib siapa
yang tercuri
Terisaklah
kini, walau entah ini air mata luka
Atau hanya
dusta belaka
Dan kini tak
tahu lagi cerca apa yang teangkum dalam linangan air mata
Karena
semuanya dusta
(Toto cahyoto)
dalam amarah tak terluapkan 22/07/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar