Senin, 22 Juli 2013

TANGISKU UNTUK JAKARTA


SERIBU TANGIS UNTUK JAKARTA


Hai, jakartaku yang kini hingar bingar
Ragam tawa kau lihat dalam pangkuan duka
Beribu dusta melilit wajah-wajah  pasi yang terlihat tegar
Dibalik langkah cepat entah tepat atau tidak
Yang pasti tetap wajah itu dusta

Hai, jakartaku yang kini kusam
Ragam dosa tersimpan dibalik pangkuan angkuhmu
Kau tawarkan berjuta janji pada pembajak-pembajak sawah
Lalu membaur dan merubah tatanan paradigma
Menjadi pengeluh dan  dan pecundang
Namun tetap Semuanya congkak dan dusta

Hai, jakartaku yang kini menghitam
Kepulan asap dan bising suara kelakson
Adalah nafasmu kini, yang ringkih diterpa dahak-dahak darah
Tapi kau tetap berdusta bahwa kau masih tegar
Semua aadalah keangkuhan dan dusta

Hai, jakartaku yang kini tenggelam
Luapan bah hitam, dan kutu air merambat kini
Kau tak mampu melangkah dari derai sisa hujan
Bercampur air mata bimbang yang sesungguhnya  impian kosong
Tapi kau tetap berdusta ,bahwa kau mampu berlari
Semua  adalah bohong dan dusta

Hai, jakartaku kini apa yang kan kau lakukan
Ketika hujan adalah tangismu
Panas adalah amarahmu
Dan aku tak tahu lagi harus mencibir apa
Karena kini yang kumiliki hanya  ribuan butir tangis  untukmu jakartaku
Disela tangis lapar dari entah siapa
Disela amarah membuncah dari bah yang memasuki rumah,yang entah salah siapa
Disela  bising deru mesin yang bersautan dengan nafas-nafas asma, yang entah harus berbuat apa
Dan dari barisan  pencuri walau entah nasib siapa yang tercuri

Terisaklah kini, walau entah ini air mata luka
Atau hanya dusta belaka
Dan kini tak tahu lagi cerca apa yang teangkum dalam linangan air mata
Karena semuanya dusta

(Toto cahyoto) dalam amarah tak terluapkan 22/07/2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar