Kamis, 24 November 2016

Syair gundah



Syair gundah


Kau katakan cinta
Dan takku sanggup menjawab panggilan rasa
Mata ini terlalu nanar untuk menatap rajuk rembulan
Saat  denting piano dalam chord asmara
Dan ku tertunduk dalam tatapan kecilnya kedip bintang

Lalu angin menghantarku dalam syair gundah
Saat kau patri langkah ini dengan tajam pandanganmu
Atas tanya asmara yang tak kau mengerti
Ya, amor,!
Bukankah takan hilang dahaga saat air laut mengelilingimu
Lalu hendak apa yang ku ucap
Kalau nyatanya ini tak membuat  hilang dahagamu
Mengertilah  ya, mengertilah bidadari hati
Ini adalah awal kebisuan dalam asmara
Dengarkanlah baid-baid doa yang terlantun tak terkata
Untukmu, hanya untukmu (yang kucinta)

Jakarta, mengertilah hati 23/11/2016 (toto cy)

Mengertilah, Asmara?



Mengertilah, Asmara?


Terlalu indah dawai ini
Jabaran chord demi chord membentuk ruang melodi
Ya, melodi kenangan dalam dingin saat malam menghantar
Gantikan lembayung redup dalam nelangsa
Tentang pendar cahaya yang tak berfokus pada korneamu

Disini aku berjalan dengan kegamangan
Saat bisik angin menjadi sayup antara engkau, aku dan entah siapa
Ya, siapa,?
Saat ku tak lagi mengenal hantar hatimu
Bertanya dalam bimbang atau bimbang dalam bertanya
Semuanya sama, kau selalu berlogika
Dan tak mampu kuterjemahkan risalat hati

‘Rindu saat kau tatap’ atau ‘tatap saat kau rindu’
Itu yang membuat malam sedemikian acuh
Karena rindu tak berdiri dalam logika
Tapi asmara adalah altar yang tak bisa di mengerti

Aku, engkau dan entah siapa ?
Bersatu di angin dalam syair terasing
Karena malam sedemikian acuh
Tidurlah dalam asmaramu
Karena ku kan tetap menghantarmu sampai kau terjaga nanti
Dan asmara ini makin dalam kan ku lukiskan
Tanpa bait logika bahkan tanpa sederet ungkapan tanya

Jakarta “nyatanya kau tak mengerti” 24/11/2016 (Toto cy)