Minggu, 06 Agustus 2023

Rasa Tertinggal

 


Rasa Tertinggal


Jenjang  menerpa mimpi laksana

Anai melambai menimang kata

Ah, aku budak belantara diantara rimba dan kotak- kotak kaca

Bimbang asa saat bersua

Andai cinta kau tanam dalamlah jua

Tak ada aral nan hampa berhias di dada


Oh,, andailah saja aku tahu maksud hati 

Tiadalah lara menghias diri

Rupa lena takan terpatri 

Dan sangguplah hati membuang mimpi


Karena kau lena maka rasa nyata tetap berada


Golf Islan 07 /08/2023 (Toto Cy)


Laksana kata

 Laksana kata

Aku berdiri dalam remang antara malam dan kebisuan

Tapak Langkah terikat rambat akar – akar kering

Tak tampak daun gugur, walau angin goyahkan dedahanan


Terlintas sedikit prakata klise

Hebusan angin akan mengutkan akar-akar tertanam

Dan menambah kokohnya pohon anai yang berdiri diujung pantai


Lalu apakah itu pasti ?

Owh, kata bijak yang menjadi laksana kata

Karena senyatanya aku terkunci dalam diam nan dingin

Tanpa kau tau apakah ini koma atau bahkan titik akhir


Maaf jika ada yang menjadi bias dalam kata-kata

Karena kadang hidup fatamorgana

Dan itu seperti kerangka diatas, ya,, kerangka laksana kata 


Tangerang 22/09/22 ( toto cy )


Selasa, 16 Oktober 2018

Yang terdalam



Karena malam ini masih ada sisa hujan,
Aku memanggilmu bersama lembut semilir angin
Bukankah itu hal yang sempurna untuk hantar kerinduan?
Dan menjadikannya buah asa untuk hantar pena asmara
Ah, aku bermimpi tentang kita
Bercengkrama indah di sisi malam dalam ruang sisa hujan
Ku pegang ujung dagumu, 
Dan aku diantar kornea untuk luruh dalam sumbang getar asmara

Karena malam ini masih ada sisa hujan,
Maka kubiarkan aroma tanah ini seperti sisa hujan musim sebelumnya
Lentik jarimu masih menggenggam erat 
Kecupan itu bagai noktah yang tak sirna
Aku masih dalam lingkaran kidung asmarandana
Kaulah pesona yang tak lekang baluri atma

Karena malam ini masih ada sisa hujan,
Mata ini nanar memaksa agar bayangmu hadir di sana
Kau menari memanggil gejolak jiwa yang menjadi pecundang
Haruskah ada air mata?
Ataukah harus diam membatu dalam kerapuhan?
Kau katakan biarkan air mata tetap bersarang di kelopaknya
Jangan terjatuh walau asmara menyiksamu sedemikian rupa
Pantang jalan lelaki menangis karena kerinduan

Ah, kau tak tahu bidadari bermata indah
Aku harus berpura tabah 
Aku bak cawan kosong saat kau hilang dalam bayang
Sungguh ini yang terdalam,
Walau ku tahu ini terlarang

Tangerang, kamis 22:27  (rapuh 18/01/18)



Sanggupkah?



Kemarin saat kita bersama dalam satu waktu
Kau bisikan kerinduan yang tak pernah mampu kau lukis
Gemuruh membuncah di dada kiriku
Sementara malam menghantar diam
Aku terperangkap dalam pusaran gairah muda yang tak lagi muda
Korneamu bangkitkan aku dalam keinginan seutuhnya
Walau ku tahu kemuliaan telah melingkar dalam lentik jemarimu

Remang cahaya menghantar atma saat logika tak lagi bekerja
Tirus pipimu berhiaskan dagu nan indah telah hantarkan jiwa ini menuju safana
Akulah lelaki yang berdiri di balik rembulan
Terlena akan kisah asmara sumbang yang menjadi terlarang
Menghunuskan sembilu dari rindu yang urung jua menyatu

Bukankah wajar ku dekap kerinduan?
Saat temaram sinar bawa sepenggal  sketsa wajahmu
Berbaur dalam jiwa-jiwa labil yang terlena asmara
Dan aku terperangkap didalamnya

Kaulah baid doa yang hiasi goresan penaku
Risalahmu adalah kalimat terindah dalam baid – baid kata
Kau kecup jemariku, dan aku mendekap
Ah, aku berhalusinasi lagi
Tentangmu, tentang kita, tentang kisah sumbang nanterlarang
Dan menjadi asa asmara yang ingin ku lupa
Sanggupkah?




Tak pernah pudar





Aku yang masih bersama angin
Melukiskan malam dengan wajah tirus yang sempat singgah diantara rindu
Rindu ? ya, mungkin aku lupa akan kerinduan dari ekor matamu 
Kerinduan yang mengartikan rasa terlarang, namun aku terus hanyut didalamnya
Aku tak pernah mampu berlari dari bias kornea yang menusuk kalbu ini
Kau menjadi cambuk renjana yang menyisakan gurat perih saat ku tersadar
Inilah selaksa rindu yang membuat terapung berkepanjangan
Kala realita menggurat nyata, ‘kau takan termiliki’
Ada dusta jiwa yang membuat lumpuh logika
Dan aku terus menanam rasa, sampai lena menjadi lencana
Lalu ku tenggelam dalam awal nestapa
Sekian waktu yang tak terhitung, aku terus dalam buai tatapan yang seakan kemarin lusa
Tatapan yang terus hanyutkan rasa ketika aku tak ingin tenggelam
Dan aku makin terpuruk

Aku yang masih bersama angin
Ujung dagumu masih membekas dalam rindu yang belum sirna
Aroma tubuhmu masih bercerita saat kau jatuh dalam pangkuan
Kau masih menjadi candu dalam rindu yang lekang dalam waktu
Aku ingin pergi, agar kau tahu bahwa aku terbeban rindu
Asmara ini tak bisa membuat permadani saat ku ingin kau menjadi permaisuri
Dan aku tak sanggup mencengkram jemari yang terhiasi janji suci
Hingga ku pupus  dalam asa

Aku yang masih bersama angin
Membelai legam rambutmu
Menatap ketulusan korneamu
Tirus wajahmu tertunduk, hilang dalam pelukan
Ya amor, rupanya singgah mimpi di bathin sepi
Ku gadang asmara dalam rangkulan, kau pupus dalam genggaman
Dan sungguh ku masih merindu

Tangerang , minggu 10/12/17 (dalam kerinduan 360)






Pemujamu dalam diam



Malam menghantar kebisuan
Namun rintik air hujan adalah berjuta tentang bayangmu
Kau mentertawakanku saat kubawakan seutas lilin
Dan angin meniup landai
Tangan ini terbakar saat berusaha mempertahankan
Aku apatis, 
gejolak hati ini  adalah kemarahan yang mengelegar
Aku benci akan kerinduan ini
Luluh lantak sudah istana pasir yang kubangun 
Kau tlah menjadi badai dalam kegelisahan 
Sirnakan apa yang menjadi cita-cita
Ah, aku lena dalam asmara
Pesonamu menjadi istana atas angin
Dan aku terpuruk dibalik tebing pesonamu

Ingin ku benci rindu ini
Tapi ku terus mendekap
Aku berteman bayang 
Namun bibirku terkatup dalam gamang

Ingin ku pegang ujung gaunmu
Agar jumput debu tak mengotorinya
Tapi aku hilang dalam balik bayang
Bukankah aku hanya sebuah waktu yang tak bermakna

Kaulah risalat yang menjadi teman dalam setiap doa-doa
Kaulah risalat yang menjadikan satu dua kata menjadi syair yang tertata
Kaulah chord yang menjadikan desir angin menjadi sebuah nada
Dan kaulah risalat yang menjadikan aku pemuja dalam diam

Tangerang 11:11 (masih sama 18/01/18)







Lena di bisu malam



Hai, mantra pengantar tidur
Tenangkanlah jiwa-jiwa gundah ini untuk sekedar lelap di tepi malam
Biarkanlah rindu ini menghantar mata untuk terpejam
Menunggui sampai terjaga nanti
Menjadi selimut untuk kebekuan kalbu
Menjadi alunan pengiring dawai asmara yang menggenggam seluruh rasa

Biarkan gemercik air menjadi teman padma yang berbunga di atasnya
Merambat dan mengikat hara untuk keteguhan putik sari yang melengkapinya
Begitupun kamu wanita yang menjadikanku pemujamu
Inilah kesunyian malam yang menjadi kerinduan
Korneamu yang indah telah menjadikan doa selalu menemaniku
Kau adalah anugrah yang menjadi kegandrungan
kau adalah kumpulan keindahan yang pernah ku sentuh
namun bisu malam menjadikan kebekuan diantara keduanya

engkaulah risalah asmara yang menjadikan doa selalu hidup
rangkulan semoga-semoga, setia menemani dalam keinginan asa asmara
bukankah wajar laki-laki yang jatuh cinta berkawan dengan do’a?
ataukah ini nista yang menjadikanku berselimut nestapa
ah, tak pernah itu bisa ku jawab
hanya saja rindu ini terus ada dikebisuan malam
walau ku tahu ini terlarang

tangerang, jumat 00:13  belaian angin malam (12/01/18)