Senin, 11 November 2013

Hilang (Bercengkrama Dengan Bayang)



Hilang   (Bercengkrama Dengan Bayang)


Malam ini, sisa hujan masih membekas di daun delima
Daun  riak  yang sisakan bekas lambai tanganmu
Kala saat suatu sore  yang entah dimusim kapan kau tersenyum
Menarik kornea untuk melihat lambaian sutra di atas keningmu
Dan lalu ku mendekap saat sisa hujan masih ada di ujung daun

Malam ini, sisa hujan masih membekas
Daun delima masih melambai, memanggil atma yang sama
Dan kau tampak menatap kosong dalam pantulan cahaya
Namun tetap menarik korneaku untuk melihat bulir di dagumu
Dan  tanganku hampa untuk mendekap

Malam ini, sisa hujan masih mendekap
Aku terpatri dalam nuansa rindu kosong
Saat kau menjadi nyayian dalam dawai yang ku petik
Saat kau menjadi bait puisi dalam syair yang ku tulis
Dan aku makin merindu

Malam ini, sisa hujan masih membekas
Daun delima tetap melambai seperti lentik jarimu
Dan  korneaku tak dapat lagi melihat sisa senyumu
Tak ada lagi uraian sutra di atas keningmu, ya,, tak ada lagi
Dan ku tak mampu bergeming

Malam ini, sisa hujan masih membekas
Namun  kau tak lagi menjadi nyanyian dalam dawaiku
Bahkan kau sirna dalam baris bait syairku
Korneaku kosong,  saat bayangmu tak lagi bercengkrama
Dan aku t’lah mati dalam rasa

Rasa ini, Tangerang (11/11/13) – Toto cy

Di Ambang Kerinduan




Di Ambang Kerinduan

Kau pernah mengajakku, menatap sisa pendar rembulan
Lalu kulingkarkan tangan ini dalam semampai tubuhmu
Sesungging senyum sertai sayu tatapmu
Dan kucium aroma riak rambut yang menyentuh tarikan nafas
Aku terpatri  dalam lingkaran pesona aura
Dan kau makin merasuk di jiwa

Aku mengingat  senyumu bersarang dalam lingkaran atma
Kurasakan derai aroma tubuhmu menghias helaan nafas
Dan itu seperti kemarin, kemarin ketika aku mengingatmu

Kau ajak aku nikmati pendar sisa rembulan
Dan kau bertaut dengan senyum mengambang
Aku terlena,,
Tapi tetap tak mengerti, senyum yang t’lah hilang kini
Dan aku diam dalam dilema

Sayu tatapmu waktu itu, dan kini membuatku berkaca
Entah aku cengeng, atau kau adalah hikayat rasa
Hingga bulir embun turun keujung dagu
Dan kau tetap melihatku sayu dengan senyum mengambang
Tetap tak ku mengerti saat kau pergi dalam diam

Aku mengingat senyumu seperti kemarin
Masih tetap dalam sisa pendar rembulan                                                     
Dan kau tersenyum mengambang
Lilitkan bimbang dan jatuhkan aku dalam keterlenaan kosong
Terpatri dalam riak bayang saat senyum itu tetap sama

Ah,,, selalu itu yang ada dalam rasa
Aku  tetap diambang rindu, dan kau diam
Pergi sisakan bimbang, dan terus tumbuhkan kegamangan
Dan ku tak tahu dimana ada mu
Saat aku tetap merindu dalam sisa pendar rembulan
tetap seperti kemarin  (Tangerang), 23/09/13 diambang rindu _‘Toto Cy’ )






Negeri Para Pendongeng



Negeri Para Pendongeng


Peluh basahi ujung dagu,
Terik matahari sertai tarikan syaraf vita suara
Antara lalu lalang debu dan isak lapar mariam
Ditemani kecrikan tutup-tutup botol minuman bersoda
Dengan nafas tersenggal, tersedak liur basi sisa kemarin
Kau tetap tersenyum dalam kepolosan gadis kecil termarginalkan

Aku merenung disudut tiang jalan
Memandang jauh diantara pekat asap dan debu
Dan ku dengar lirih lagu cinta dewasa dari anak tak cukup umur
Mengalun faseh seolah mahluk karbit yang matang belum waktunya
dan orang dewasa bersorak,,,
Pantaskah itu?

Pelajaran moral anak macam apa,
Jika mereka menjadi komoditi yang menggiurkan
Bagi orang-orang dewasa yang kebablasan
Lembaran Uang dan ketenaran menjadi  madu
Dan inilah Eksploitasi yang menyesatkan,

Kemerdekaan generasi lugu sudah terengkuh sejak dini
Siapa yang harus membela hak mereka
Jika semua sudah terlena
Negeri kita makmur dengan bahasa,
Berjuta alasan menjadi dongeng penghantar mariam kecil
Dan aku tak berdaya

Kini, kau tahu mariam
Isak laparmu kan terobati dengan tumbuhnya baliho
Dan liurmu yang sudah basi kan terganti dengan janji-janji
Dan kau harus mengerti,!!!,, dipaksa untuk mengerti
Walau ku sendiri tak mengerti

Dan kau mariam,,,  kau adalah mahluk dewasa
Mahluk yang hidup diantara jiwa-jiwa hura kanak-kanak
Mahluk yang hidup diantara jiwa-jiwa hura kanak-kanak
Mahluk yang hidup diantara jiwa-jiwa hura kanak-kanak
Mahluk yang hidup diantara baliho dan warna-warni bendera
Mahluk yang hidup diantara baris janji-janji dusta
Dan kau lebih dewasa ketika kau tersedak liur basi
Karena itu milikmu, mutlak milikmu!!!!
(pemberontakan hati, jakarta, 23/09/13_toto Cy)