Tiada yang istimewa dari syair ini, namun inilah senjata yang penyair miliki untuk melawan perang dalam kegelisahan
Selasa, 16 Oktober 2018
Lena di bisu malam
Hai, mantra pengantar tidur
Tenangkanlah jiwa-jiwa gundah ini untuk sekedar lelap di tepi malam
Biarkanlah rindu ini menghantar mata untuk terpejam
Menunggui sampai terjaga nanti
Menjadi selimut untuk kebekuan kalbu
Menjadi alunan pengiring dawai asmara yang menggenggam seluruh rasa
Biarkan gemercik air menjadi teman padma yang berbunga di atasnya
Merambat dan mengikat hara untuk keteguhan putik sari yang melengkapinya
Begitupun kamu wanita yang menjadikanku pemujamu
Inilah kesunyian malam yang menjadi kerinduan
Korneamu yang indah telah menjadikan doa selalu menemaniku
Kau adalah anugrah yang menjadi kegandrungan
kau adalah kumpulan keindahan yang pernah ku sentuh
namun bisu malam menjadikan kebekuan diantara keduanya
engkaulah risalah asmara yang menjadikan doa selalu hidup
rangkulan semoga-semoga, setia menemani dalam keinginan asa asmara
bukankah wajar laki-laki yang jatuh cinta berkawan dengan do’a?
ataukah ini nista yang menjadikanku berselimut nestapa
ah, tak pernah itu bisa ku jawab
hanya saja rindu ini terus ada dikebisuan malam
walau ku tahu ini terlarang
tangerang, jumat 00:13 belaian angin malam (12/01/18)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar