Selasa, 16 Oktober 2018

Hujan

Hujan 

Bukankah ada doa dalam setiap tetesan air hujan?
Kau pernah tanyakan itu saat ku rangkul bahumu ketika butiran hujan jatuh di ujung rambutmu
Aku ingin menjadi payung, agar hujan dilanda cemburu
Bukankah butiran hujan ingin menyentuhmu?
Tapi kau malah bersandar  dalam rangkulanku
Aku tak ingin ujung gaunmu menjadi basah
Maka biarkan aku memegangnya, dan payung ini kita genggam berdua
Kau tahu, kita menjadi satu dalam kesyahduan diantara hujan
Dan  ini menjadi kembang rindu 
Saat s’mua menjadi sketsa

Bukankah ada kerinduan dalam setiap tetesan air hujan?
Aku tersenyum pada jalan yang kosong ini
Tapak kita tlah pupus dalam waktu semakin menjauh
Hilang dalam keangkuhan atma yang mengeras 

Bukankah selalu ada bayangmu di setiap tetesan air hujan?
Aku ingin napak tilas dalam keyakinan yang saat ini terburai
Kesakitan menjadi kesaksian bisu akan jalan lengang musim hujan kali ini

Bukankah kau pernah bilang bahwa dalam hujan akan selalu ada bias wajahmu?
Ah,, kau bohong nona’
Bahkan tak kutemukan sayu tatapmu yang menyertai sembunyinya mentari kala itu
Aku tergerus nestapa, bahkan kala kau pagi itu berjanji 
ini bukan hujan terakhir yang kan mengikat genggaman kita
‘sisa hujan akan selalu mengukur jiwa- jiwa kita yang di terpa asmara’
Lirihmu kala itu
tapi semua semu belaka
kau tak pernah hadir jua dalam sua rintik hujan saat ini
dan ku membeku dalam diam dan sesat langkah
aku pemuja hujan yang yang menantang awan
dan takan pernah kau lihat air mata dalam kerinduan ini
aku atau kau yang terluka saat hujan tak lagi menyatukan kita
dan ujung gaunmu takan lagi basah saat kau melangkah
kau adalah bayangan yang masih utuh walau tak bersisa

tangerang, 23:17 dalam gamang 11/01/18 (toto cy)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar