Takan Pernah
Pupus
Kau ingat sayang, riuh daun pinus itu
Mengingatkan kita
pada rangkaian asmara yang tak terucap dahulu
Jemarimu menggandeng
tanpa ragu,
Sering ku
bertanya pada hasratku sendiri
Adakah asmara
dihatimu ketika uraian rambutmu mengusap diujung daguku
Kau tersenyum,
dan hanya tersenyum
Lalu aku
berandai tentang senyum itu
Dan sampai
saat perpisahan hadir aku tetap berandai
Dan lalu kau
pergi
Ada selaksa
bayang yang mengukir dada ini
Ketika kau
pergi menjauh
Dan aku
membisu seolah bintang kecil t’lah hilang
Tak ada tangis
memang, namun jiwa ini menjadi sendiri
Separuh atmaku tlah
hilang
Dan kau
menjadi gambaran bimbang dalam bisu
Disini aku
terkunci dalam ruang kosong dan sendiri
Kau ingat
sayang, kita diam dalam hempasan angin dibawah riuh pinus
Kau sandarkan
uraian rambutmu di dada ini
Kita tetap
membisu, dan terus membisu
Sampai saat
perpisahan itu datang
Dan kau ingat
sayang, sirat matamu takan pernah hilang
Lalu kebisuan
ini kan tetap ada, dan kita tetap diam
Bak bintang
kecil disamping sang rembulan
Dan kisah ini takan pernah pupus
Memory, Tangerang 22/07/13 (Toto cy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar