Baid Do’a Untuk Rasa yang ada
Bila rasa ini salah
tolong benarkan menurut hatimu
Agar kelak dikemudian
hari aku dapat menemukan arti keinginanmu
Sehingga cahaya lentera
takan salah tuk menyinari
Walau takan pernah
berarti apa-apa, selain remang pengurai gulita
Namun tak niscaya
mungkin kan berarti pada saat pandangan mulai tak berarah
Bila rasa ini salah
tolong benarkan menurut hatimu
Agar disaat bayu
menerpa lilin ini takan melindap
Dan jemari tetap mampu untuk mempercayai cahaya yang lindap ini tetap hidup
Walau kuyakini takan memberikan
kehangatan dalam hatimu
Tapi disinilah harapan
itu ada
Jika rengkuh rasa ini
mengikatmu, maafkan aku
Tapi inilah bentuk
keterikatan atas ikhlasmu memberiku sebutir mutiara
Dan itulah keyakinan pelepas
dahaga hati dalam penantian panjang
Saat telaga sudah
mulai mengering atas padma yang merambat diatasnya
Maafkan jika s’mua
menjadi keresahan rasa
Dan aku kan diam jika
ini mulai menyiksa
Lalu kan ku lepaskan
semua pengikat atma yang melingkar di balik hatimu
Tak adil rasanya jika
merpati itu harus terikat dalam sangkar semu
Maka akan kulepaskan
jika itu kebahagiaanmu
Dan aku ikhlas!!
Ikhlas dalam diam,
dalam kata yang tak tersampaikan
Dalam kata yang tak
bisa lagi berkata bahwa ada sejuta cinta yang yang tak terkata
Kau adalah keyakinan,
lalu disaat embun itu mulai menghiasi ujung dagu
Aku kan tetap
mengusapnya walau hanya dalam rasa
Karena tangan ini t’lah
hilang daya tuk menyentumu
Dan aku tetap DIAM
dalam kata
Yang kutahu saat
teramat indah yang pernah ada
Adalah catatan kecil
yang takan pernah hilang
Dan kan menjadi
baid-baid do’a yang terlantun tak terkata
Untukmu, hanya
untukmu..
Ini tak menyakitkan,,
bisik malam yang selalu singgah saat rindu akanmu hadir
Anginpun tak bersuara,
saat bayangmu menjadi ejaan dalam altar rindu
Dan aku tetap DIAM
dalam rudung diamnya asmara
Inilah risalat yang
menjadikan kita tenggelam dalam diam
Dan kau berkata dalam
isak sangka ‘ini takan terlaksana’
Dan aku tetap DIAM
Kau baid do’a yang
menjadikan cinta ini nyata
Kau baid do’a yang
menuai harapan ini ada
Kau juga baid do’a
yang sertakan hati pada hujan dalam kemarau panjang
Dan aku kan jadikanmu
bidadari dalam singgasana indah ‘walau ini dalam diam’
Melangkahlah kekasih,
ku lepaskan kepak sayapmu tuk meraih kebahagiaan
Namun jagalah mutiara
itu,, suatu saat nanti kan ku jadikan itu berlian indah penghias mahkota kita
Dan kau kan berjalan
dengan kepala tegak dan mata terbuka
Bukan dengan tertunduk
dan sembab tangis yang selama ini menghiasi wajahmu
Inilah seutas do’a
dalam jalan yang mulai meredup
Dan kau kan menjadi
lentera disaat gerhana siang mulai datang
Dan aku kan menjadi
percik bintang saat rembulan enggan bersinar
Bukan kesempurnaan yang
menjadikan hadirmu sebagai asa
Tapi hadirmu adalah
kesempurnaan saat aku mulai kehilangan asa
Pergilah bersama
impian yang kau miliki
Dan kembalilah saat
lelah mulai membebani hatimu
Bawalah padaku mutiara
yang pernah kau katakan itu miliku
Dan akan kurangkul
dengan keihlasan dan kebahagiaan
Tersenyumlah sayang,
jangan kau paksa air mata menghiasi langkahmu
Terbanglah seperti
bidadari mencari selendang yang hilang
Dan aku kan tetap diam
menunggu
Ya,, menunggu dalam
DIAM ,
Diantara baid-baid do’a
untuk kebahagiaanmu
(Untuk s’mua rasa, jagalah mutiara indah itu sayang_
Tangerang 11/11/14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar