Aku yang ingin merengkuhmu
Dari balik redup lentera ini
Dengan asa yang berirama seperti denting kecapi
Yang mengagungkan cendayan wajahmu bak padma di riak telaga
Kau hadir menjadi cahaya dari kegelapan yang mulai
menyelimuti arah penglihatanku
Kau basuh aku dengan embun saat lelah mulai menerpaku
Kau bawakan aku lilin saat ku tak ingat lagi waktu yang
sedang ku lalui
Kau alunkan aku seuntai syair saat tak lagi mampu ku
alunkan do’a - do’a
Kau bawakan aku sebilah pisau saat temali jemu mulai
melilitku
Lalu aku makin memujamu
Menjadikan keseluruhanmu fajar yang kan terus menerangi
seluruh rasaku
Dan lalu kau menjelma menjadi mata air dalam setiap
dahagaku
Menjadi detak waktu yang terus menemani seluruh
kerinduanku
Menjadi angin dalam semua helaan nafasku
Dan menjadi raga dalam ruh ku
Aku terpatri dalam kegandrungan auramu
Lalu terpanggang ketika panas mentari terus menyinariku
Dan Tenggelam dalam sungai yang ku arungi
Dan telapak tanganku terbakar disaat ingin membuat lilin
itu abadi
Terhempas ketika desir angin itu mulai membuatku limbung
Lalu aku menjadi ruh tak beraga...
Karena ku t’lah buta ketika ingin melihat sesungging
senyummu
Dan t’lah tuli ketika ingin ku dengar merdu suaramu
Aku t’lah menjadi taman yang kosong
Saat aku terus mengharapkan kau memberiku seunatai bunga
Aku t’lah menjadi tanah kering saat engkau tak lagi
menjadi hujan
Dan aku t’lah menjadi ranting-ranting patah saat kau
menjadi kelopak bunga
Aku menjadi zat tanpa warna
Yang menjadi pasi ketika mulai ku tahu bahwa kau bukanlah
teratai yang hiasi birunya telaga ini
Dan kini ku tahu kau
‘bukan’ untukku
Namun percayalah..
Walau jemari ini kan terus terbakar
Tapi lindip lilin ini kan terus ku buat abadi..
Bagus bingit... Terharu....
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusYups ,,,, bkn untuk ku ,,, 3600 detik
BalasHapusBoleh di bikin lagu ga?
BalasHapus