Jumat, 09 Desember 2011

KARENA KAU TERCIPTA (bukan) UNTUKKU



Aku yang ingin merengkuhmu
Dari balik redup lentera ini
Dengan asa yang berirama seperti denting kecapi
Yang mengagungkan cendayan wajahmu bak padma di riak  telaga 

Kau hadir menjadi cahaya dari kegelapan yang mulai menyelimuti arah penglihatanku
Kau basuh aku dengan embun saat lelah  mulai menerpaku
Kau bawakan aku lilin saat ku tak ingat lagi waktu yang sedang ku lalui
Kau alunkan aku seuntai syair saat tak lagi mampu ku alunkan do’a - do’a
Kau bawakan aku sebilah pisau saat temali jemu mulai melilitku

Lalu aku makin memujamu
Menjadikan keseluruhanmu fajar yang kan terus menerangi seluruh rasaku
Dan lalu kau menjelma menjadi mata air dalam setiap dahagaku
Menjadi detak waktu yang terus menemani seluruh kerinduanku
Menjadi angin dalam semua helaan nafasku
Dan menjadi raga dalam ruh ku

Aku terpatri dalam kegandrungan auramu
Lalu terpanggang ketika panas  mentari terus menyinariku
Dan Tenggelam dalam sungai yang ku arungi
Dan telapak tanganku terbakar disaat ingin membuat lilin itu abadi
Terhempas ketika desir angin itu mulai membuatku limbung
Lalu aku menjadi ruh tak beraga...
Karena ku t’lah buta ketika ingin melihat sesungging senyummu
Dan t’lah tuli ketika ingin ku dengar merdu suaramu

Aku t’lah menjadi taman yang kosong
Saat aku terus mengharapkan kau memberiku seunatai bunga
Aku t’lah menjadi tanah kering saat engkau tak lagi menjadi hujan
Dan aku t’lah menjadi ranting-ranting patah saat kau menjadi kelopak bunga

Aku menjadi zat tanpa warna
Yang menjadi pasi ketika mulai ku tahu bahwa kau bukanlah teratai yang hiasi birunya telaga ini
Dan kini ku tahu kau  ‘bukan’  untukku

Namun percayalah..
Walau  jemari  ini kan terus terbakar
Tapi lindip lilin ini kan terus ku buat abadi..

4 komentar: